Karakter Pemenang dan Karakter Gagal

Perbedaan Jelas Antara Karakter Orang Sukses Vs Orang Gagal Dilansir dari The Great Big Minds, kamu bakal tahu bedanya karakter orang-orang yang bisa sukses atau tidak. Berikut  adalah perbedaan karakter orang sukses dan orang Gagal. Seperti apa ya kira-kira? Kita lihat dibawah ini yuk. 1. Orang sukses selalu menunjukkan rasa syukur dan tidak segan memujiLanjutkan membaca “Karakter Pemenang dan Karakter Gagal”

Menyinggahi Gelap

Ibu semesta kembali pulang mengecup kening buta yang hampir surut sebab malam kembali pasang, namun kau lupa menyentuh sunyi yang asing tanpa nama. Tubuhmu menggigil meniru-niru langit telanjang yang kehilangan bintik cahaya. Gusarmu menyergap lebih cepat dari bising jangkrik yang merambat. Belum sempat kau hitung berapa kali butir embun pecah menelungkup dibibir atap, kau telahLanjutkan membaca “Menyinggahi Gelap”

Sebelum Hujan

Sebentar lagi hujan pulang sebagai orang asing yang bertamu pada anak-anak rumput yang sepanjang musim kehilangan mata air. Sebentar lagi kau bernyanyi dengan suara gemericik yang paling rintih. Perlawanan hanyalah lagu tua yang sejak lama kehilangan nada. Bukankah gemuruh nyali memang lebih angkuh ketimbang suara petir yang menyambar bumi. Kau pulang menabur kata maaf padaLanjutkan membaca “Sebelum Hujan”

Cahaya Tak Boleh Padam

Sajak malam datang sebagai garis cahaya yang jatuh memecah hening jadi rindu yang begitu risau. Setiap orang mendapati dirinya adalah redup malam. Separuh dan kosong. Desir angin yang berarak. Suara jangkrik yang liar tak senonoh. Akan terus menusuk tubuh sebelum malam yang menjelma pagi. Hari esok adalah purnama yang kehilangan cahaya. Manusia menolak. Katamu takLanjutkan membaca “Cahaya Tak Boleh Padam”

Ruh yang berpulang

Di mataku kebenaran berkedip sebagai purnama yang redup. Di sebelahnya ada bintang berjajar. Kau hanya denyut nadi yang ikut-ikutan bersuara. Aku adalah gemetar suara Ayah. Juga air mata ibu yang berlinang saat kunang-kunang menggigil jadi rimbunan doa yang tersesat di langit. Oh, sejauh ini barangkali saja aku kembali hidup sangkaku. Tetapi kita selalu punya birahiLanjutkan membaca “Ruh yang berpulang”

Catatan Pukul 18

Jika tanah adalah ayah yang perkasa. Maka air adalah ibu yang menjernihkan. Anak-anak terlanjur lapar juga haus dalam kecoh dongeng yang berulang menutur luka di atas bumi. Dengar kata Ayah! Pecah bising sedang meracuni kampung. Di ujung petang suara itu pecah jadi mata peluru buta yang meludahi musim dengan ramu kata juga janji. Tidak, dengarLanjutkan membaca “Catatan Pukul 18”

Tanggal Delapan

Cerah hati, Lihatlah ada senyum di wajah embun yang mengendapkan malam, kita mendapati diri sebagai pagi yang kembali merentang tubuh doa. Dengarlah cerah jiwa, Suara nadi yang berdetak sunyi itu sesungguhnya adalah langkah pulang menyentuh kenang yang mencurah ingatan. Tentang gemetar bibir, gemetar raga, gemetar hati, namun mata langit telah meramu kita merayakan senja jadiLanjutkan membaca “Tanggal Delapan”

Pada Malam yang Tiba-tiba

Pada malam yang tiba-tiba. Kelopak matamu, juga kelopak mataku terengah melucuti rindu yang meronta. Kau bilang lihat mata laba-laba di sudut itu. Aku bilang matamu adalah kata-kata yang terjaring sunyi. Tidak kau pandai berdalih! Musim belukar merajalela tumbuh dan merayap. Sebentar lagi punggungmu dicumbu purnama yang enggan bersembunyi. Oh awan malam sungguh adalah rumah. SementaraLanjutkan membaca “Pada Malam yang Tiba-tiba”

Aku adalah Siang yang Terik

Aku adalah siang yang terik. Seperti kabel-kabel tua yang menggantung ketika orang-orang kembali membakar ilalang. Aku adalah siang yang terik. Mereka bilang Matahari adalah jembatan lalu lalang bagi yang jatuh berulang. Aku adalah siang yang terik. Sebab kakiku adalah waktu juga segumpal asap yang mengepul berulang. Aku adalah siang yang terik. Meja kayu, buku-buku tua,Lanjutkan membaca “Aku adalah Siang yang Terik”

Sebelum Berangkat, Beberapa Bagian Kenangan

Cahaya kekuningan lampu pelita di atas meja nampak menjulurkan lidah mengusir gelap di kamar berlantai tanah berukuran sempit itu. Harapan untuk memiliki rumah berpenerang listrik telah jadi isapan jempol belaka bagi warga desa yang dikelilingi bebukitan indah, desa yang berjarak ratusan kilometer jauhnya dari ibu kota kabupaten. Warga telah lama terbangun dari mimpi tentang bohlamLanjutkan membaca “Sebelum Berangkat, Beberapa Bagian Kenangan”