Tidak Berjudul

Bukankah kita tak tentu arah menyelami rahasia rahasia yang tak perlu kita bahas seperti percakapan tentang bagaimana menghadapi senja? Tubuh akhirnya menemukan bahwa ia tak lebih penting dari dedaunan kering juga gumpalan debu yang melekat pada ranting ranting mati akibat tersapu musim! Di depan ada kaki kaki mungil yang berhasil menoreh jejak dari sejuta kegaduhanLanjutkan membaca “Tidak Berjudul”

Kisah Kecil dari Mandahu

Dahulu kira-kira awal tahun dua ribu empat belas. Saya dan beberapa rekan kerja satu tim. Berinisiatif membuat sebuah kreatifitas diluar pekerjaan utama kami. Namanya “Gereja Bersama”. Ide ini sangat sederhana namun unik dan dijamin menarik. Awalnya kami pikir sekalian bisa jalan-jalan menjelajahi daratan pulau Sumba yang indah. Belakangan pulau ini dinobatkan sebagai salah satu pulauLanjutkan membaca “Kisah Kecil dari Mandahu”

Tiba-Tiba Planet Bicara

Cahaya di depanmu samar-samar menafkahi malam. Bagaimana jika tubuhmu adalah kegelapan alam semesta. Bintang-bintang tentu bertanya, kenal kah kamu? di sini, diatas sini dahulu butir-butir doa adalah napas dan jejak. Jika cinta bagimu adalah mata dan rindu bagimu adalah kecupan, Maka jagat raya akan terbahak-bahak dalam tawa yang muluk-muluk. Tidak, lagi lagi tidak sanggah PlutoLanjutkan membaca “Tiba-Tiba Planet Bicara”

“Sebuah Lirik Untuk R”

Usianya hampir memenuhi syarat sebagai pemilik KTP warga liang lahat. Namun ia enggan berdiri apalagi antri disitu. Segera ia pulang demi menggelitik emosi pada ubun-ubun sekumpulan orang yang lupa kalau plastik itu mahal harganya, apalagi kalau di tanam dalam daging. Seorang bocah tiba-tiba sadar pernah sembarangan membuang sampah, pikirnya itu adalah rupiah yang hampir lakuLanjutkan membaca ““Sebuah Lirik Untuk R””

Tentang Kegelapan

Beberapa kisah memang samar terlihat Kegelapan memang selalu tak punya mata Lalu manusia dan tulisan keduanya berdenyut Tentang kegelapan memang tak muda terbaca Bibir dusta berulang kali mencumbu janji Lalu tanpa syarat kita menelan suara suara angin Para pengecut berteriak cahaya sudah lama mati Tentang Kegelapan adalah kehilangan yang punya arti Hari hari adalah tumpahanLanjutkan membaca “Tentang Kegelapan”

Mengintip Senja

Pikiran terus bicara bahwa kebenaran hanyalah setapak setapak kecil yang jarang dilalui, lalu senja menari, Ia mengajak manusia percaya bahwa dirinya adalah kesunyian. Asap asap kendaraan terus berdalih tentang kekosongan di ujung lidah! Terbahak bahak senja tertawa lalu memercik kata kata tua bagaimana jika tubuh adalah kendaraan kosong yang harus kau isi! Seorang bapak setengahLanjutkan membaca “Mengintip Senja”

“Lilin dan Sumbu”

Manusia melihat api bermain bermain di ujung sumbu sementara sumbu hangus terbakar angin menyudahinya sebagai penyesalan.. Punah! kita melihatnya, kita mengenangnya pergi atau pulang keduanya adalah titik temu! Manusia melihat lilin, beku menahan diri, meleleh bila terbakar, lalu beribu pertanyaan menghujatnya! Separuh melihat kesudahannya Separuhnya lagi tidak! Melintang waktu, adalah garis garis hidup, Serupa sumbuLanjutkan membaca ““Lilin dan Sumbu””

“Tentang Secarik Kertas”

Disini aku mengingat mereka Secuil cinta Umbu dan Rambu, Ina juga Ama. Bila terpaksa. Anggap saja ini adalah segumpal gaduh yang mengaduh pada semesta langit! Ditengah padang Ayah sibuk mengibiri satu persatu mimpi yang tergadai pada ritual puja memuja Matahari yang membakar siang! Bukankah kami adalah anak anak Matahari! Lihat, orang orang tua tetap sajaLanjutkan membaca ““Tentang Secarik Kertas””

Coba Lihat Di atas Sana

I. Coba lihat diatas sana purnama masih merona mengintip malam yang merambat diatas kepala Lalu pertama kalinya manusia meringkih pada tubuhnya sendiri bahwa ketidakmampuannya mencium wangi wangi musim adalah perihal perihal yang harus ditertawakan Hati adalah satu satunya kamar tempat dimana manusia mencintai segala ketersesatan untuk melihat seberapa kejam, seberapa gila, seberapa berani, kelemahan kelemahanLanjutkan membaca “Coba Lihat Di atas Sana”